Selamat Datang di website Rumah Pintar "Pijoengan" Jogja

Selamat Datang di website Rumah Pintar 'Pijoengan'.

Total Pengunjung Website ini

Jumat, 24 Oktober 2014

Sentra Diklat RUMPIN "Pijoengan" Bekerjasama dengan PLUT Jogja Menyelenggarakan Pelatihan Pengeringan Cabe

Yogyakarta (25/10/04) Keresahan petani cabe disaat panen raya adalah rendahnya harga penjualan cabe di pasaran. Keresahan ini terbukti di desa Srimartani, Piyungan, Bantul pada saat panen pada akhir bulan Juni 2014 harga cabe keriting kisaran Rp. 3500,-/kg sementara petani mulai panen. Harapan petani cabe menjelang Idul Fitri harga cabe naik, harapan itu pupus sampai menjelang Idul Adha hargapun hanya mengalami kenaikan tidak begitu baik. 



Melihat kondisi petani cabe yang demikian Rumpin "Pijoengan" terpanggil untuk kerjasama dengan seorang pengepul di Klaten agar bersedia membeli cabe petani. Harapan petanipun mulai terobati dengan adanya pengumpulan cabe dan hasil panen cabenya bisa dijual meskipun harganya yang kurang baik.    


Untuk menjawab tantangan tersebut di atas maka sebagai bentuk kerjasama antara Sentra Diklat Rumpin “Pijoengan” dengan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Yogyakarta peduli terhadap petani cabe dengan menyelenggarakan pelatihan pengeringan cabe pada hari Kamis, 9 Oktober 2014, jam 08.00 - 12.00 WIB dengan peserta 25 orang petani cabe dari desa Srimartani. Adapun tujuan dari pelatihan adalah untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan pengolahan cabe kepada petani untuk menciptakan alternatif lain dalam pengolahan cabe sehingga harga jualnya lebih kompetitif dan tidak tergantung dengan pasar ungkap Yuli Afriyandi ketua Konsultan dari PLUT.

Pelatihan langsung dipandu dari konsultan PLUT dengan menyampaikan presentasi teori pengeringan cabe, pembuatan bubuk cabe, dan pembuatan abon cabe. Setelah teori langsung mempraktekkan. Dalam praktek peserta sangat antusias dan berharap untuk mengembangkannya.
Tindak lanjut dari pelatihan peserta untuk mempraktekkan hasil pelatihan di rumahya masing-masing dan hasilnya dikumpulkan di Rumah Pintar "Pijoengan" untuk di pecking dan dikirimkan ke PLUT untuk mengevaluasi hasil peserta. Kominmen PLUT terhadap peserta pelatihan akan mendampingi dari kegiatan produksi, peckejing sampai dengan pemasaran. (Yono)  

Senin, 01 September 2014

PEMBUATAN BOKHASI

Pendahuluan


Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang biasa digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan adalah bokashi.

Bokashi adalah Bahan Organik Kaya akan Sumber Hayati. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji, rumput dll.).

Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan ramah lingkungan.

Pembuatan bokashi sangat perlu untuk diterapkan, karena merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah serta mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang ada.

Di Jepang, bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus. Selain itu bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.

Bokhasi memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek.

Aspek Ekonomi:

1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.      Mengurangi volume/ukuran limbah
3.      Memiliki ekonomis yang lebih tinggi dari bahan asalnya

Aspek Lingkungan

1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organic yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.
2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

Aspek Bagi Tanah /Tanaman :
  
1.      Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanam.
2.      Kandungan hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kompos.
3.      Periode tumbuh pada tanaman lebih cepat.
4.      Peningkatan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan seperti mycorhiza, rhizobiumbakteria pelarut fosfat dll.
5.      Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.
6.      Bila bokashi dimasukan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagaisubstrat oleh mikroorganisme, efektif untuk berkembang biak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman.

Alat-alat yang dibutuhkan :
1.      Terpal,
2.      Sekop
3.      Drum atau gentong plastik.
4.      Ember plastik,
5.      Sprayer/gembor
6.      Sarung tangan plastik, sepatu boot, dan masker

Bahan Bokhasi:

No
Bahan-bahan
Takaran
1
Kotoran hewan (Sapi, Kambing, Ayam, Kelinci, dll)
200 Kg
2
Sekam/Abu sekam/Arang sekam, Serbuk gergaji
37,5 Kg
3
Bekatul / dedak
12,5 Kg
4
Kapur dolomite
12,5 Kg
5
Tetes tebu/gula
¼ Kg
6
Phefoc-HCS
1 Botol
7
Suplemen Organik Tanaman (SOT)- HCS
1 Botol

 Pembuatan Pupuk Bokashi
Ada 2 tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan pupuk Bokhasi:
1.      Tahap I

Membersihkan kotoran ternak dari bibit hama berupa gulma dan fungi/jamur dengan cara disemprot PHEFOC :

a.       Larutkan 1 (satu) botol PHEFOC HCS dan 3 (tiga) sdm. gula pasir ke dalam 5 liter air (gunakan ember).
b.      Kemudian hamparkan terpal untuk tempat kotoran ternak yang hendak di semprot.
c.       Semprotkan larutan PHEFOC HCS secara merata memakai sprayer dengan membuat lapisan sedikit demi sedikit. Maksudnya adalah begini, di atas terpal tadi buat lapisan kotoran ternak agak tipis kemudian disemprot rata, selanjutnya di atasnya buat lagi lapisan ternak lalu disemprot, demikian seterusnya…..
d.      Bila perlu tambahkan air dan diaduk sampai kandungan air kurang lebih 30% (ciri-cirinya adalah air tidak menetes/setengah basah dan bila dikepal dengan tangan sulit pecah)
e.       Setelah diperkirakan merata dan kandungan airnya cukup, lalu kotoran ternak tersebut dimasukkan ke dalam drum/gentong plastik dan ditutup rapat agar terjadi proses fermentasi tahap 1 selama 1 hari (24 jam)
f.       Apabila telah selesai, dinginkan kotoran ternak yang sudah difermentasi tadi untuk proses fermentasi tahap ke 2.


2.      Tahap II

Proses pembuatan pupuk Bokashi caranya :

a.       Larutkan 1 botol SOT HCS dan 200 gr gula pasir ke dalam 5 liter air 
(gunakan ember lagi).
b.      Hamparkan lagi terpal untuk mencampurkan semua bahan.
c.       Campurkan semua bahan : kotoran ternak, abu sekam, bekatul, dan dolomite secara merata.
d.      Semprotkan larutan SOT HCS secara merata memakai sprayer dengan membuat lapisan sedikit demi sedikit (ingat cara fermentasi kotoran ternak tahap 1…..)
Bila perlu tambahkan air dan diaduk sampai kandungan airnya kurang lebih 30% (ciri-cirinya adalah air tidak menetes/setengah basah dan bila dikepal dengan tangan susah pecah).
e.       Setelah tercampur dengan baik, adonan campuran tadi dimasukkan kedalam drum atau tong plastik dan ditutup dengan rapat untuk proses fermentasi tahap 2. Waktu yang diperlukan adalah selama 3 hari (72 jam).
f.       Selama fermentasi suhu akan mengalami kenaikan sampai 50C itu tandanya reaksi fermentasi berhasil dilakukan. Sebaiknya atur suhu jangan sampai terlalu panas supaya tidak terjadi proses pembusukan yang mengakibatkan bokashi menjadi rusak. Biasanya tahap awal fermentasi periksa kondisi suhu setiap 5 jam. Dapat juga digunakan termometer untuk mengukur suhu agar lebih yakin.

g.      Kemudian dinginkan dan akhirnya pupuk bokashi pun siap anda gunakan sebagai pupuk organik.

Kamis, 28 Agustus 2014

Samzaf - Pengelola Zakat Afrika Selatan Berkunjung di Rumpin "Pijoengan"

Yogyakarta (28/8/2014) Samzaf adalah sebuah lembaga zakat dari Afrika Selatan. Mereka datang di Indonesia untuk bertukar fikiran dengan BAZNAS yang sama-sama sebagai lembaga pemerintah untuk mengurusi zakat. Dalam kunjungannya Samzaf diarahkan pada program Zakat Community Development yang merupakan bentuk kerjasama anatara BAZNAS dengan Fakultas Teknik Pertanian UGM dalam hal ini sebagai projeknya di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Yogyakarta pada hari Rabu, 27 Agustus 2014. Agar memperoleh gambaran programmnya Samzaf didampingi satu orang dari pengurus BAZNAS dan Penanggungjawab Program Zacomdev dari Fakultas Teknik Pertanian UGM yaitu Prof. Dr. Lilik serta didampingi seorang pendamping masyarakat Wawan Saputra. 

Samsaf dan BAZNAS diajak berkeliling yang merupakan target program di dusun Kemloko dan dusun Bulusari yang mendampingi kelompok ternak dan pemanfaatan biogas. Selain program pendampingan kelompok ternak juga berkunjung di Rumah Pintar "Pijoengan" yang merupakan bagian dari program Zakat Community Development yaitu dalam pengembangannya Integrated Farming System yaitu dengan memadukan kegiatan pertanian dengan menanam padi dengan Systen Of Rice Intencification (SRI), kegiatan peternakan dengan budidaya kambing atau penggemukan dengan pakan fermentasi, pengolahan kotoran hewan sebagai bokhasi dan urine sebagai pupuk organik cair, serta kegiatan perikanan dengan menguji cobanya kotoran hewan untuk pakan lele. Dalam pengembangan Integrated Farming System tersebut sebagai demplot masyarakakat, sehingga masyarakat juga termotivasi untuk mengembangkan pertanian terpadu dengan harapan hasil panennya petani meningkat dan kesejahteraan keluarga juga meningkat. (Yono)


   
.

Rabu, 27 Agustus 2014

RUMPIN "Pijoengan" Mengumpulkan Hasil Panen Cabe Petani Srimartani

Yogyakarta (28/8/2014) Sebagai bentuk keprihatinan Rumah Pintar "Pijoengan" terhadap hasil panen cabe kriting  petani Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Yogyakarta yang dijual ke pasar atau pedagang dari kisaran harga Rp. 3.000,- sampai Rp. 4.000,-/ kg. Kondisi yang demikian itu dialami petani sejak panen pertama kali yang dimulai dari pertengahan bulan puasa atau bulan Juli hingga bulan Agustus 2014. Dari survei yang dilakukan oleh Rumah Pintar "Pijoengan" seluruh petani berkeluh kesah dengan hasil penjualan cabe kritingnya yang dijual ke pasar atau ke pedagang dengan hasil yang rendah 
Kalau dihitung dari hasil panen dengan modal yang dikeluarkan mulai dari membiayai tenaga untuk membuat bedengan, pembelian plastik mulsa, bibit, dan pupuk  tidak sebanding. Bahkan sebagian petani tidak mau memanennya dengan membiarkannya yang akhirnya membusuk di sawah. Dari penuturan bapak Istohar dari Dukuh Wanujoyo, Srimartani mengatakan "Saya menjual cabe di pasar Kembang Sari hanya dihargai Rp. 3500,- kalau cabenya dengan kondisi baik, itupun hanya mau sekitar 15 Kg di atas itu tidak mau menerima karena banyak yang setor padanya" kata pak Istohar.

Dengan melihat kondisi yang demikian Rumah Pintar "Pijoengan" mengambil inisiatif untuk bekerjasama dengan seorang pengepul yang berasal dari Manis Renggo Klaten untuk membeli hasil panen masyarakat Srimartani. Dari hasil kesepakatan antara Rumpin "Pijoengan" dengan pengepul bahwa pengepul akan mengambil atau membeli hasil panen petani dengan harga sama di pasar dan menyesuaikan kenaikannya dengan kondisi hasil panen dan dengan jumlah berapapun akan diambil. Dari hasil kesepakatan tersebut Rumpin "Pijoengan" mensosialisasikan kepada beberapa petani cabe agar hasil panenya dikumpulkan di Rumpin "Pijoengan" dengan mendengar sosialisasi tersebut selang beberapa hari petani cabe berduyun-duyun dengan membawa cabenya untuk dikumpulkan di Rumpin. Hampir setiap hari para petani cabe mengumpulkan dan mengantarkannya ke Rumpin. Harganyapun lumayan tinggi dari harga pasaran tentunya menyesuaikan dari kondisi cabe yang dipanen petani. 

Petanipun merasa lega dan terbantu atas inisiatif Rumpin "Pijoengan" yang mendatangkan pengepul untuk membeli hasil panen cabenya. Hingga sampai saat ini harga cabe mulai naik sampai Rp. 7000,-/ kg dengan menyesuaikan kenaikan harga di pasaran. Dengan demikian para petani bersemangat untuk memelihara cabenya dengan memberikan pupuk secara berkala dengan berharap panennya tambah melimpah dan harganya semakin tinggi yang akhirnya petani cabe bisa sejahtera. (Yono)

TIM PENGGERAK PKK KOTA TUAL MALUKU BERKUNJUNG DI RUMPIN "Pijoengan"

Yogyakarta (28/8/2014) Tim Penggerak PKK Kota Tual Maluku yang diutus dua orang yang merupakan Ketua dan anggota PKK Kota Tual yang diutus oleh Ketua Pembina PKK Kota Tual yaitu Ibu Wali Kota Tual, adapun tujuan dari kunjungan Tim Penggerak PKK Kota Tual Maluku di Rumpin "Pijoengan" pada hari Selasa, 26 Agustus 2014 adalah dalam rangka untuk merintis Rumah Pintar di Kota Tual Maluku, dengan adanya kunjungan di Rumah Pintar "Pijoengan" agar mendapat gambarannya untuk menyelenggarakan kegiatan, karena kota tersebut belum ada Rumah Pintar disisi lain terinspirasi dari menghadiri seminar yang diselenggaran Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) di Jakarta. Dari inspirasi tersebut termotivasi untuk mendirikan Rumah Pintar di Kota Tual Maluku tersebut, dari beberapa informasi yang di dapat memutuskan untuk berkunjung di Rumah Pintar "Pijoengan" yang merupakan Rumah Pintar mendapatkan penghargaan dari Ibu negara Ani Yudoyono pada tahun 2014 pemenang kelompok Rumpin Non Lembaga dengan kategori Rumpin yang melakukan pengembangan Sentra secara optimal.
Setiba di Rumah Pintar "Pijoengan" kedua utusan di sambut baik oleh Koordinator Program Rumpin "Pijoengan" beserta tutornya. Agar memperoleh gambaran Rumah Pintar, Sriyono selaku Koordinator Rumpin  mengajak berkeliling untuk menunjukkan Sentra yang dikembangkan oleh Rumpin "Pijoengan" mulai dari Sentra Buku, Sentra Bermain, Sentra Komputer, Sentra Audio Visual, Sentra Kriya, Sentra Kesehatan, Sentra Diklat, Sentra Farming School, dan Sentra Pertanian Terpadu. Setelah berkeliling untuk melihat ruangan dan kegiatan setiap Sentra, utusan menyempatkan diri untuk melakukan cek kesehatan yaitu tensi darah, Gula darah, Asam urat, dan kolesterol di Sentra Kesehatan Rumpin "Pijoengan". 

Untuk memberikan gambaran secara utuh Sentra yang dikembangkan Rumah Pintar "Pijoengan" Sriyono mempresentasikan profile Rumah Pintar "Pijoengan" dan saling berdiskusi untuk memperdalam dalam pengembangan Rumah Pintar. Dari beberapa gambaran Rumah Pintar kedua utusan dari PKK Kota Tual semakin yakin dan menguatkan motivasinya untuk merintis Rumah Pintar di Kota Tual Maluku. 

Di akhir kunjungannya Tim utusan PKK Kota Tual Maluku di Rumpin "Pijoengan" meminta dan berharap ke depan Rumpin "Pijoengan" dapat bekerjasama dalam membantu merintis Rumah Pintar dan pengembangan kegiatan yang dibutuhkan masyarakat Kota Tual. Sebagai bentuk kenang-kenangannya Tim utusan memborong produk yang di display oleh Rumah Pintar "Pijoengan" mulai dari pepaya kalifornia dan minuman herbal yang merupakan produk dari hasil binaan Rumpin "Pijoengan". (Yono)



    


Jumat, 22 Agustus 2014

PAKAN TERNAK DENGAN SISTEM FERMENTASI

Pendahuluan


Petani selain bercocok tanam di sawah dan ladang di rumahnya ada kegiatan sampingan yaitu beternak sapi, kambing, ayam, itik dan lainnya. Dengan adanya sampingan beternak berharap ada “Tabungan” atau tambahan penghasilan apabila hasil sawah atau ladang tidak mencukupi sewaktu-waktu punya cadangan yaitu hasil ternaknya. Kondisi yang demikian itu benar adanya yang dilakukan kebanyakan petani terutama petani yang lahannya sedikit maupun hanya sebagai buruh tani.
Setalah ditelaah lebih dalam sebenarnya kondisi petani yang seperti di atas juga ada masalah tersendiri, yaitu seluruh waktu tercurahkan hanya untuk bekerja baik di sawah atau diladang banhkan sore harinya harus merumput untuk pakan ternak sehingga waktu untuk bercengkerama dengan keluarga tidak ada. Dan ada sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai buruh bangunan, sementara ternaknya juga perlu dipelihara dan merumput mau tidak mau istri yang seharusnya sebagai ibu rumah tangga juga terseret ikut memeliha ternaknya yang mengharuskan tiap hari merumput di sawah dan suaminya bekerja sebagai buruh bangunan atau bekerja yang lainnya. Dengan demikian anak menjadi korban, yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Untuk mencari solusi dari persoalan para petani sebenarnya sudah ada pemecahannya yaitu dengan pembuatan pakan fermentasi yang sudah dilakukan masyarakat sejak lama. Karena kurang informasi dan pengetahuan petani belum melakukannya. Sementara bahan-bahan dari limbah pertanian di lingkungan masyarakat melimpah dan belum dimaksimalkan penggunaanya. Dengan kehadiran pembuatan pakan ternak dengan sistem fermentasi berharap menjadi solusi bagi petani sehingga pekerjaan petani menjadi ringan dengan istilah “beternak tetap dilakukan bekerja jalan terus”.

Pengertian Fermentasi      
Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Fermentasi suatu cara telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:
1.      Mikroba sebagai inokulum
2.      Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan optimal.
3.      Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi mikroba.

 Keuntungan Fermentasi
1.      Makanan hasil fermentasi umumnya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya
2.      Makanan hasil fermentasi lebih mudah dimakan dari pada dalam bentuk bahan aslinya
3.      Makanan hasil fermentasi mempunyai faktor atau cita rasa yang lebih baik.

Pengganti Makanan Ternak (PMT)
Ada beberapa jenis bahan dasar untuk pembuatan pakan yang bisa dipilih, disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Jika dilingkungan banyak terdapat jerami, maka sebagai bahan dasar makanan bisa menggunakan jerami. Dan jerami yang sangat bagus nilai gizinya jerami kangkung. Untuk jerami padi memang cukup bagus, walaupun nilai gizinya tak sebanyak jerami kangkung.
Adapun beberapa jenis bahan yang bisa dipakai untuk bahan dasar pembuatan pakan tersebut, Antara lain:
1.      Jerami dari tanaman pertanian(padi, jagung, tebu, kangkung, kedelai, dll.)
2.      Kulit umbi-umbian (kulit singkong, ubi jalar, dll.)
3.      Kulit kacang-kacangan (kulit kacang tanah, kulit kopi, dll.)
4.      Sayur-sayuran (untuk menekan biaya bisa menggunakan sisa-sisa sayur dari pasar dengan pola fermentasi basah)
5.      Daun-daunan, baik yang masih basah maupun yang telah kering

Pembuatan Pakan Ternak dengan Sistem Fermentasi
Dalam pembuatan pakan dengan sistem fermentasi didasarkan pada pemanfaatan limbah-limbah pertanian yang melimpah disekitar lingkungan petani yang dijadikan pakan ternak dengan menggunakan mikroba untuk proses fermentasi.
Adapun yang perlu disiapkan dalam pembuatan pakan ternak dengan system fermentasi adalah:

Alat-alat yang dibutuhkankan:
1.      Terpal,
2.      Sekop
3.      Drum atau gentong plastik.
4.      Ember plastik,
5.      Sprayer/gembor
6.      Sarung tangan plastik, sepatu boot, dan masker
Bahan-bahan yang harus disediakan

No
Bahan
Takaran
Serat kasar
Debok, Jerami, Kulit Umbi-umbian, Kulit kacang-kacangan, Sayur-sayuran, Daun-daunan
50 % / 35 %
Protein
Ampas tahu, Ampas bir, Kleci, Kopra, dll
35 % / 50 %
Karbohidrat
Jagung, Ampas telo, Polar, Onggok, Bekatul, Dedak, dll
15 %
Molases
Tetes tebu / gula
1 %
Mineral
Garam daur / mineral hewan
1 %
Air
Air bersih
1 liter basah, 5 liter kering
Mikroba
Suplemen Organik Cair (SOC)
3-6 tutup

 
Cara Pembuatan:

1.      Larutkan Larutkan Mikroba SOC 4-6 tutup, gula pasir/tetes tebu ke dalam 1 liter air apabila bahan serat kasar basah, dan apabila serat kasarnya kering 10 liter (gunakan ember) untuk diaduk sampai merata.
2.      Hamparkan terpal untuk tempat pembuatan bahan-bahan yang sudah disediakan
3.      Hamparkan Serat kasar setebal 20 cm, di atasnya protein, karbohidrat dan mineral
4.      Semprot dengan sprayer/gembor larutan di atas secara merata
5.      Setelah diperkirakan merata dan kandungan airnya cukup, lalu seluruh bahan di masukkan kedalam drum atau ditutup dengan terpar secara rapat agar terjadi proses fermentasi.

6.      Proses fermentasi apabila bahan serat kasarnya basah 1 jam sudah jadi, apabila serat kasarnya kering memakan waktu 1 x 24 jam.